Rasa keingin-tahuan tanpa adanya batasan hanya akan berujung pada terjerumusnya seseorang dalam suatu ketidak-tahuan yang lebih dalam dan lebih adiktif lagi. By Joelouisrock
Anak-anak serta remaja memiliki rasa keingin tahuan yang sangat besar dan biasanya mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi rasa keingintahuan mereka denga segala cara. Dengan akses media informasi yang begitu mudah seperti internet , warnet , DVD maupun media interaktif lainnya mereka dapat memuaskan keingin tahuan mereka dalam hitungan menit saja. Sama halnya dengan keberadaan smart phone seperti Blackberry , Nokia N series maupun I-phones yang akhir-akhir ini sedang booming.
Sebagai pengajar ,belakangan ini aku menyaksikan betapa mudahnya para pelajar SD, SMP maupun SMA mengakses informasi melalui media komunikasi yang sedang digilai oleh banyak orang : smart phone. Dan to my surprise , ternyata mereka lebih mengerti secara detail tentang bagaimana cara menggunakan smart phone tersebut untuk mencari hal-hal yang tidak seharusnya / belum waktunya mereka ketahui. SEKS, PORNOGRAFI dan KEKERASAN. Yang lebih parahnya lagi, mereka telah menggunakan smart phone untuk merekam kegiatan-kegiatan kriminal seperti perkelahian , pelecehan seksual, bahkan perkosaan. Oh my God... what's happening here ?
Hal ini semakin diperparah dengan semakin mudahnya para pelajar pengakses dunia tabu untuk dapat berbagi hal tersebut dengan temannya yang notabene belum mengetahui / tidak ingin mengetahui hal tabu tersebut lewat koneksi bluetooth maupun kabel data smart phone mereka. Pernah suatu kali aku memergoki para pelajar SMP yang sedang asyik menonton video ektrim yang disuguhi oleh salah satu pelajar putri dan video tersebut menggambarkan seorang dokter sedang melakukan pembedahan tubuh manusia. Sang pelajar putri ini tidak merasa jijik maupun risih pada saat mempertontonkan video ektrim ini bahkan dia sempat menawarkan aku untuk menontonnya. That's crazy don't you think ?
Di suatu pertemuan lainnya aku juga pernah dikagetkan oleh seorang pelajar SMP yang melaporkan perbuatan temannya yang sedang asyik mengakses internet dan situs yang diakses adalah situs porno. Bahkan ada pula pelajar SMA kelas 1 putri yang suka mengkoleksi film-film porno atau XXX di smart phone berkapasitas memori cukup besar. Lagi-lagi dia menawarkan film tersebut tanpa perasaan risih untuk di share lewat bluetooth ataupun sekedar untuk menontonnya sesaat kepadaku. Pada saat itu aku cuma bisa menggelengkan kepala dan berpikir : siapakah yang harus dipersalahkan atas prilaku menyimpang para pelajar lewat smart phone mereka ?
Sejatinya , para orangtua adalah pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas sgala penyimpangan prilaku para siswa dibawah umur tersebut . Mengapa ? karena para orangtua seringkali memanjakan putra-putrinya dengan barang-barang mahal seperti smart phone tanpa menyadari efek samping yang diakibatkan oleh smart phone itu sendiri. Mereka beralasan bahwa mereka tidak ingin kehilangan kontak dengan putra-putrinya semenitpun sehingga mereka menghadiahi buah hati mereka smart phone yang lumayan mahal itu. Selain itu kurangnya pengetahuan para orangtua akan fasilitas smart phone serta kemampuan yang dapat dilakukan smart phone tersebut memberikan keleluasaan bagi para pelajar untuk dapat terus-menerus mengakses dan mendownload situs-situs terlarang. Hal ini sama halnya seperti memberikan senjata kepada anak kecil dan sewaktu-waktu mereka dapat menyakiti dirinya sendiri dan orang lain.
Sebuah pertanyaan yang menjadi pembahasan adalah apakah yang harus para orangtua lakukan ? Mudah saja, berikanlah putra-putri mereka handphone yang hanya dapat dipakai untuk berkomunikasi lewat SMS dan panggilan biasa (tanpa GPRS ). Dengan begitu para orangtua telah menutup satu akses terbesar putra-putri mereka ke dunia maya. Selain itu , para guru dan pengajar haruslah memonitor para pelajar di sekolah dalam hal penggunaan handphone. Mereka dapat membatasi tipe handphone apa saja yang boleh dibawa kesekolah atau juga sama sekali melarang penggunaan smart phone di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan sweeping handphone yang dapat melakukan koneksi GPRS , video streaming , ataupun messenger. Dengan begitu , para pengajar telah membatasi akses para pelajar ke dunia maya dan memfokuskan perhatian mereka pada pelajaran yang tengah diberikan.
0 Comments