COPA Djisamsoe : Cerminan parahnya Mental Pemain Bola Indonesia

Perhelatan COPA Djisamsoe sebagai kompetisi liga Indonesia telah usai dengan membawa kesan yang tidak mengenakkan. Kenapa ? karena akhirnya pertandingan ditentukan oleh WO nya Persipura dari Sriwijaya FC akibat protes keras pemain Persipura atas kurang telitinya wasit dalam menjalankan tugasnya. Protes yang dilakukan dengan tidak meneruskan pertandingan berbuah konsekuensi penentuan pemenang Sriwijaya FC dengan Walk Out alias WO nya Persipura.

Awal kejadian adalah pada saat babak kedua, pemain Sriwijaya FC berhasil menyarangkan gol ke gawang Persipura atas hasil sundulan Obiora. Hal ini tidak mematahkan semangat Persipura untuk menyamakan kedudukan namun delapan menit kemudian terjadilah insiden walk out .
Ini terjadi, akibat kiper Ferry yang menyambar bola yang tengah dibawa oleh Ian Kabes di area kotak penalti. Namun, bola muntahan hasil tabrakan tersebut langsung disambar pemain Persipura dan membentur badan pemain SFC, tepatnya di bagian tangan. Di dalam tayangan ulang / instant replay , jelas terlihat bola tersebut mengenai tangan salah satu pemain Sriwijaya FC tapi wasit Purwanto tidak menghadiahkan tembakan penalti bagi kubu Persipura. Tentunya hal ini membuat marah para pemain Persipura dan mereka memprotes ( ngambek ) untuk tidak meneruskan permainan. Setelah satu jam tim panitia dan bahkan Nurdin Halid ( Ketua PSSI ) membujuk mereka , tidak ditemukan penyelesaian. Otomatis Persipura dinyatakan WO dan Sriwijaya FC ditentukan sebagai juara bertahan Piala COPA Djisamsoe.

Satu hal yang dapat dinilai disini adalah tentang jiwa kesportifitasan para pesebakbola Indonesia yang masih rendah karena masih saja ada ngambek untuk tidak mau main padahal dalam Piala Confederasi saja , Afrika selatan mengalami hal serupa dimana Spanyol handsball serta wasit tidak menghadiahkan penalti untuk Afsel. Jadi, yang jadi persoalan adalah mentalitas pemain sepakbola Indonesia yang masih parah karena tidak bisa menerima kekalahan dan malahan bangkit melawan peraturan yang ada. Seharusnya Persipura dapat melakukan perlawanan habis-habisan ke gawang Sriwijaya FC dan jikalau harus dinyatakan kalah , mereka kalah dengan terhormat alias dengan titik darah penghabisan ( ceileee kaya perang aje... ). Tentunya akan menjadi suatu pertanyaan besar bagi kita : kapan dunia sepakbola Indonesia bisa bersaing di kancah Internasional apabila jiwa ngambeknya serta tidak sportif masih ada di setiap pemain bola kita ? Ayo , tingkatkan jiwa sportif dan fair play dalam bermain bola dan tinggalkan budaya ngambek kaya anak kecil tersebut !

Post a Comment

0 Comments