
Satgas melakukan sidak sekitar pukul 19.00 WIB hingga 22.00 WIB. Ada lima napi yang ditemui Satgas, yaitu Artalyta Suryani (Ayin), Aling, Darmawati, Ines Wulandari, dan Eri. Sedangkan Tim Satgas yang melakukan sidak adalah Denny Indrayana, Mas Achmad Santosa, Yunus Husein, dan Herman Effendi. Napi yang pertama kali didatangi oleh Satgas adalah Ayin. Ayin merupakan napi kasus suap terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan. Ayin divonis lima tahun penjara.
Berbagai penyimpangan di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur ditemukan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Sejumlah napi memiliki ruangan khusus. Selain Artalyta Suryani alias Ayin, napi bernama Aling juga memiliki ruangan khusus. Bahkan, ruangannya disertai fasilitas karaoke.
"Selain Ayin, napi bernama Aling juga memiliki ruangan khusus. Bila Ayin memiliki ruangan khusus di lantai tiga, Aling memiliki ruangan khusus di lantai dua," kata Sekretaris Satgas, Denny Indrayana, kepada detikcom, seusai melakukan sidak, pukul 22.00 WIB, Minggu (10/1/2010). Menurut Denny, Aling merupakan napi dalam kasus narkoba. Ruangan khusus Aling di lantai dua itu lebih besar dibanding ruang khusus Ayin. "Luas ruangan khusus Aling sekitar satu setengah atau dua kali lebih besar dibanding ruang Ayin," ujar dia.
Ada empat anggota Satgas yang melakukan sidak selama tiga jam itu. Mereka adalah Denny Indrayana, Mas Achmad Santosa, Herman Effendi, dan Yunus Husein. Sidak dilakukan dari pukul 19.00 - 22.00 WIB.
( Sumber : Detik.com )
Fakta-fakta temuan ini diklarifikasi oleh Menteri Hukum dan HAM , Patrialis Akbar tentang mengapa ada pemberian fasilitas khusus bagi tahanan di Rutan. Berikut petikan beritanya ( sumber Pikiran Rakyat ) :
Pemberian fasilitas itu bisa dilakukan agar hak perdata Artalyta tidak terhambat,? kata Patrialis di Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jln. H.R. Rasuna Said Jakarta, Senin (11/1). Dikatakannya, hak perdata itu difasilitasi dengan memberikan pertimbangan khusus kepada Artalyta berupa pemberian ruangan khusus dengan fasilitas yang berbeda di dalam selnya itu. Menurut dia, ruangan khusus itu diberikan supaya Artalyta bisa bertemu koleganya di dalam rutan. Alasan pemberian ruangan khusus itu, karena Artalyta adalah pengusaha yang mengelola usahanya dengan mempekerjakan 80.000 karyawan. Namun, Patrialis sendiri masih menyangsikan apakah hal itu bisa dilakukan oleh seorang narapidana. Ia mengaku belum mendalami aturan mengenai apakah narapidana tetap boleh menjalankan bisnisnya dari balik jeruji.
Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi sehingga kita bisa mempersiapkan langkah-langkah selanjutnya," ujarnya. Saat menginspeksi ke lokasi, Untung mengatakan bahwa fungsi ruangan yang dipakai Artalyta itu sudah benar. Padahal, ruangan itu sebelumnya diperuntukkan bagi petugas rutan. Kalau toh terselip ada fasilitas pribadi, seperti mainan anak dan beberapa alat-alat kecantikan, itu masih pada batas kewajaran dan tidak merugikan orang lain, kata Untung. Dikatakannya, tidak ada perlakuan khusus pada tahanan meski ia mengakui juga bahwa jumlahnya sudah melebihi batas.
Hal senada pun dituturkan Kepala Rutan Pondok Bambu Sarju Wibowo yang mempertegas bahwa ia tidak memberikan perlakuan istimewa ke napi tertentu. Hanya fasilitas pribadi karena mereka itu ada keperluan pribadi, jadi wajarlah, katanya.
Pelanggaran Mengenai fakta-fakta itu, Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum secara tegas menyatakan bahwa itu adalah bentuk pelanggaran. Berbagai elemen masyarakat seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), DPR, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun mendesak supaya ada solusi nyata untuk pelanggaran itu. Menurut Sekretaris Satgas Denny Indrayana, fasilitas khusus yang berbeda dengan napi itu merupakan kebijakan yang tidak wajar. Yang jelas fasilitas yang diterima Ayin (Artalyta), Aling (Limarita), Darmawati, Ines, dan Eri itu merupakan pelanggaran,? ujarnya di Gedung Mahkamah Agung, Jln. Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (11/1).
Sementara itu, Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengatakan, inspeksi mendadak itu tidak akan menyelesaikan masalah, apalagi yang ditemukan tim satgas itu bukan hal yang baru. Yang paling penting ketegasan dan keberanian Menkum dan HAM untuk melakukan pemberantasan, ujarnya di Gedung DPR Jakarta, kemarin. Oleh karena itu, ia mengatakan, Patrialis harus segera menindaklanjuti temuan itu dengan tindakan konkret. Menurut dia, langkah pertama bisa dilakukan dengan mengganti Kepala Rutan Pondok Bambu Sarju Wibowo. Kalau saya (jadi Menkum dan HAM), saya pecat, ujarnya. (A-160/A-109)
0 Comments